KURIKULUM
MUATAN LOKAL
Makalah Ini
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
Kajian Kurikulum
Dosen Pengampu: Eko
Prasetyo, S.pd.
Disusun Oleh:
Kelompok B4
1. Shinta
Pertiwi A 220 100 056
2. Wulandari
Agustyarna A 220 100 062
3. Nor
Janah A 220 100
063
4. Eka
Yuana A
220 100 067
5. Aisyah
Yahdi N. A 220 100 080
6. Dea
Prasetyaning N. A 220 100 087
7. Dyah
Ayu Anggraeni A 220 100 097
8. Erma
Widaryanti A 220 100 100
PROGRAM
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
MUATAN
LOKAL
A.
LATAR
BELAKANG
Indonesia terdiri dari lebih dari 3500 buah
pulau yang dihuni oleh bebagai buah pulau yang dihuni oleh berbagai suku bangsa
yang mempunyai berbagai macam adat istiadat, bahasa kebudayaan, agama
kepercayaan, dan sebagainya. Berbagai kekayaan alam baik yang terdapat di
darat, laut, flora fauna, dan berbagai hasil tambang yang kesemuanya merupakan
sumber daya alam.
Kebudayan
nasional yang didukung oleh berbagai nilai kebudayaan daerah yang luhur dan
beradap, merupakan nilai jati diri yang menjiwai prilaku manusia dan masyarakat
dalam segenap aspek kehidupan, baik dalam lapangan industry, kerajinan,
industry rumah tangga, jasa pertanian (agro industry dan agro
bisnis)perkebunan, perikanan, perternakan, pertanian holtikultura
(sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan),
kepariwisataan, pemeliharaan lingkungan hidup sehingga terjadi kesesuaian,
keselarasan, dan keseimbangan yang dinamis.
Kurikulum
selain mengacu pada karakteristik peserta didik, perkembangan ilmu dan
teknologi pada zamannya juga mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
Penyusun kurikulumatas dasar acuan keadaan masyarakat tersebut “kurikulum
muatan lokal”. Kurikulum muatan lokal keberadaan di Indonesia telah dikuatkan dengan
surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan
nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987. Sedang pelaksanaanya telah dijabarkan
dalam keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor
173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7 Oktober 1987.
B.
PENGERTIAN
MUATAN LOKAL
Menurut surat keputusan sebelumnya yang
di maksud dengan kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan
media penyampainnya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya
sertan kebutuhan daerah dan wajib di pelajari oleh murit daerah itu.
Lingkungan peserta didik terdiri atas:
1. Lingkungan
Alam Fisik
a. Lingkungan
alam fisik yang alami, misalnya: daerah rual, urban, seminural, dan semiurban.
b. Lingkungan
fisik buatan, misalnya: lingkngan dekat pabrik, pasar, pariwisata, jalan besar,
pelabuhan dan sebagainya.
2. Lingkungan
Masyarakat
Dalam lingkungan
masyarak ini menurut Prof. A. Sigit terdapat dalam tujuh lapangan hidup, yaitu:
a. Masyarakat
yang berlapangan dalam bidang ekonomi
b. Masyarakat
yang berlapangan hidupmdalam bidang politik
c. Masyarakat
yang bidang berlapangan hidup dalam bidang ilmu pengetahuan
d. Masyarakt
yang berlapangan hidup dalam bidang keagamaan (dalam muatan lokal)
e. Masyarakat
yang berlapangan hidup dalam bidang olah raga
f. Masyarakat
yang hidup dalam bidang kekeluargaan
Menurut sejarah, sebelum ada sekolah
formal, pendidikan yang berprogram muatan lokal telah dilaksanakan oleh para
orang tua peserta didik dengan metode drill dan dengan trial and eror serta
berdasarkan pengalaman yang mereka hayati.
Tujuan pendidikan mereka terutama agar
anak-anak mereka dapat mandiri dalam kehidupan. Bahan yang diajarkan ialah bahan yang diambil dari
berbagai keadaan yang ada di alam sekitar, sedangkan criteria keberhasialanya
ditandai mereka telah hidup mandiri.
C.
Tujuan
Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum sebagai alat untuk mecapai tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan muatan lokal tentu saja tidak terlepas dari
tujuan umum vyang tertera dalam tujuan pendidikan , adapun yang langsung dapat
di paparkan dalam muatan lokal atas dasar tujuan tersebut diantaranya ialah:
1. Budi
pekerti luhur: sopan santun daerah disamping sopan santun nasional
2. Berkpribadian:
punya jati diri, punya kepribadian daerah disamping kepribadian nasional
3. Mandiri:
dapat mencukupi diri sendiri tanpa bantuan orang lain
4. Terampil:
menguasai 10 segi PKK didaerahnya
5. Beretos
kerja: cinta akan kerja, berkarya, dapat menggunakan waktu terluang untuk
berbuat yang berguna
6. Profesional:
Dapat mengerjakn kerajinan khas daerah
7. Produktif:
dapat berbuat sebagai produsen tidak hanya sebagai konsumen
8. Sehat
jasmani dan rohani: Karena suka bekerja akan menjadi sehat jasmani maupun
rohani dengan sendirinya
9. Cinta
lingkungan: karena memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan maka dengan
sendirinya akan akan cinta lingkungan dan akan cinta tanah air pula
10. Kesetiakawanan
social: dalam hal berkarya manusia sdealau membutuhkan teman kerja, oleh
karenanya akan menjadi situasi kerja sama atau gotong royong.
11. Kreatif Inovatif untuk hidup: karena tidak
pernah menyianyiakan waktu terulang, yang bersangkutan selalu akan berbuat
secara ndregil, dapat rezeki, akibatnya menjadi orang yang ulet, tekun, rajin,
dan sebagainya.
12. Mementingkan
pekerjaan yang praktis: menghilangkan gaps antara lapangan teori dan praktik.
Didalam
tujuan Muatan lokal harus memikirkan 3 aspek sebagai berikut:
1. Sumber
dan Bahan Muatan Lokal
Sesuai
dengan adanya berbagai sumberbahn ajar, sumber bahan muatan lokal pun dapat di
klasifikasikan menjadi berikut:
a. Narasumber:
guru itu sendiri yang mungkin mempunyai berbagai pengalaman dan berbagai
ketrampilan. Peserta didik itu sendiri; yaitu berbagai keahlian, dan beberapa
keterampilan bawaan dari rumah,misalnya bertani,beternak,berkebun. Narasumber
lain yang ada di sekitar yang mungkin dapat didatangi maupun didatangkan.
b. Software:
sumber bahan yang terdapat pada berbagai tulisan.
c. Hardware:
suatu bahan ajaran yang sifatnya dapat diamati dan dapat diraba.
d. Lingkungan:
berbagai sumber bahan muatan local yang ada disekitar yang biasanya bersifat
historis.
e. Berbagai
hasil diskusi oleh berbagai pakar atau narasumber yang relevan.
2. Sistem
Penyampaian
Dalam
memilih suatu metode tergantung pada:
a. Jumlah
siswa: siswa akan terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan minat mereka.
b. Sifat
bahan: bahan muatan local akan mempunyai cirri khas kalau dibandingkan dengan
bahan diluar muatan local.
c. Media
yang tersedia: bahan yang tersedia beraneka ragam maka perlu adanya berbagai
media.
d. Kesiapan
guru: banyak terdapat gurudalam sekolah-sekolah.
e. Waktu
pelaksanaan: dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran
atau secara ekstrakulikuler.
f. Situasi:
situasi setempat memang kadang-kadang bersifat situsional dan kondisional dan
kadang-kadang ada daerah kaya akan bahan muatan local dan kadang-kadang ada
kota-kota besar yang sulit menentukan bahan muatan lokalnya.
3. Kendala
atau rintangan
a. Peserta
didik: minat dan kebutuhan peserta didik sangat heterogen.
b. Administrasi:
administrasi kurikulum agak ruwet, penjadwalan ruwet, lalu lintas nilai
berliku-liku.
c. Sarana
pra sarana: buku belum siap, silabus belum pernah ada, dana yang mendukung
belum jelas.
d. Kurikulum:
sesuai dengan namanya kurikulum muatan local, maka dengan sendirinya setiap
daerah mempunyai kurikulum yang berbeda-beda.
D.
Pengembangan
Muatan Lokal
Proses pembelajaran disekolah dapat
dilaksanakan secara intrakulikuler, kokurikuler, ektrakulikuler. Begitu pula
bahan yang ada pada muatan lokal dapat tercantum pada intrakulikuler, misalnya
berbagai mata pelajaran yang termasuk dalam bidang studi kesenian dan
keterampilan, bahasa, dan beberapa topic dan subtopikbahasan yang bernaung
dalam bidang studi IPAdan IPS dan pelajaran lainya. Sedang bagi bahan muatan
lokal yang dilaksanakan secara kulikuler, bahan dikembangkan dari pola
kehidupan dalam lingkunganya dan perlu dibicarakan dengan narasumber yang
bersangkutan dan berkerjasama dengan instansi-instansi lain yang terkait untuk
mencari atau menyeleksi bahan muatan lokal yang sesuai dengan harapan dan
keadaan sekolah.
Karena bahan muatan lokal sifatnya
mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sangat menentukan. Untuk
melaksanakan pengembangan, langkah-langkahnya dapat ditempuh sebagai berikut.
a.
Menyusun perencanaan
muatan lokal
b.
Melaksanaan pembinaan
c.
Merencanakan
pengembangan
1. Menyusun
perencanaan muatan lokal
Dalam melaksanakan proses pembelajaran
selalu menyangkut berbagai unsure atau komponen yang saling terkait. Begitu
pula dalam menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai
sumber, seperti pengajar, metode, media, dana dan evaluasinya. Merencanakan
bahan muatan lokal yang akan diajarkan, langkah-langkahnya dapat ditempuh
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi
segala sesuatu yang mungkin dapat
dijadikan bahan muatan lokal.
b. Menyeleksi
bahan muatan lokal dengan criteria sebagai berikut:
a) Tidak
bertentangan dengan pancasila dan berbagai peraturan dan adat yang berlaku.
b) Sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik
c) Letaknya
terjangkau sari sekolah
d) Ada
narasumber baik di dalam maupun diluar sekolah
e) Bahan/
kegiatan tersebut merupakan ciri khas di daerah itu.
c.
Menyusun GBPP yang
bersangkutan
d.
Mencari sumber bahan,
baik yang tertulis mauoun tidak tertulis
e. Mengusahakan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau
2. Pembinaan
dan pengembangan muatan lokal
Meskipun kurikulum muatan lokal telah
direncanakan dengan serapi mungkin, tetapi dalam pelaksanaanya tentu akan
mengalami berbagai kendaladan hambatan. Atas dasar berbagai pengalaman bagi si
pelaksana dan berbagai sarana, kritik,
dan tanggapan yang merupakan bahan masukan yang sangat berguna bagi revisi
bahan muatan lokal selanjutnya. Dalam pelaksanaannya dilapangan kadang-kadang
siswa bahkan lebih mahir dari pada gurunya, karena siswa sudah bias
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dimaksud setiap harinya.
3. Pengembangan
mutan lokal
Ada 2 pengembangan
dalam muatan loakal, yakni:
a. Pengembangan
untuk jangka jauh: pengembangan jangka jauh dilaksanakan secara berurutan atau
berkesinambungan dari berbagai muatan lokal yang pernah ada disekolah sekolah
bawahnya. Sedang diperguruan tinggi akan lebih
tepat kalau diistilahkan dengan “progam khusus” , yang akan menyebabkan adanya
ciri khas bagi setiap perguruan tinggi yang bersangkutan.
b. Pengembangan
untuk jangka pendek: pengembangan jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah
setempat dengan cara: menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun GBPPnya
dan direvisi setiap saat. Dalam pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a) Perluasan
muatan lokal
Dasarnya ialah
bahan muatan local yang ada didaerahnya itu yang terdiri dari berbagai jenis
muatan lokal, misalnya: pertanian kalau dianggap sudah cukup ganti
pertenakan,perikanan,kerajinan dan sebagainya. Siswa cukup diberi dasar
dasaarnya saja dan berbagai muatan local sedang pendalamannya dilakukan pada
periode berikutnya.
b) Pendalaman
muatan lokal
Dasarnya ialah
bahan muatan local yang sudah ada kemudian diperdalam sampai, misalnya: masalah
pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai bagaimana cara memupuk,
memelihara, mengembangkannya, penyakitnya, pemasarannya dan sebagainya. Oleh
karena itu pelajaran ini diberikan pada siswa ysng sudah dewasa.
E.
Evaluasi
dalam muatan lokal
Ada
dua macam evaluasi dalam pelaksanaan muatan lokal, yaitu:
1. Evaluasi
program muatan lokal
2. Evaluasi
hasil belajar muatan lokal
Untuk
evaluasi program muatan lokal ada tiga langkah sebagai berikut:
1. Reflective
Evaluasion
Reflective evaluation pada muatan lokal
yang di evaluasikan program muatan lokal sebelum dilaksanakan dilapangan. Oleh
karena yang dievaluasi adalah konsepnya yang berlansan teori,
pengalaman-pengalaman, berbagi hasil penelitian, argumentasi, pengarahan para
pakar, dan para pejabat, acuan dari berbagai sumber seterusnya, yang kemudian
melahirkan surat keputusan Mendikbud No. 0412/U/1987 tewretanggal 11 Juni 1987.
Evaluatornya sebagian para penyusun konsep itu sendiri.
2. Formative
Evaluation
Formative evaluation pada program muatan
lokal yaiti, mengevaluasi pada program muatan lokal pada waktu program tersebut
di laksanakan. Sesungguhnya untuk keperluan ini telah terbit buku petunjuk
penerapan muatan lokal disekolah, tetapi pelaksanaannya masih mengalami berbaga
kesulitan.
3. Summative Evaluation
Summative evaluation dalam muatan lokal
ialah mengevaluasi setelah program tersebut selesai dilaksanakan secara
menyeluruh. Yang dievaluasi ialah berbagai kegiatan yang ada pada program
tersebut di sesuaikan dengan tujuan program muatan loakal yang telah digariskan
sebelunya.
Evaluasi hasil belajar muatan lokal bagi
pokok pembahasan yang sesuai dengan GBPP cara evaluasinya telah diatur oleh
Depdiknas. Tetapi bagin para program studi yang tidak tercantum dalam GBPP yang
dilaksanakan secara ekstakulikuler, kiranya berbagai pertanyaan, seperti:
a. Siapa
yang menilai program muatan lokal itu? Jawabnya yang menilai ialah yang
mengajar, yaitu guru guru dan berbagai orang yang terlibat dalam proses
pembelajaran muatan lokal.
b. Apanya
yang dinilai?
Yang dinilai
dapat berupa:
a)
Hasil akhir yang berupa
hasil nyata dari berbagai pekerjaan (baik hasil konkret maupun abstrak)
b)
prosesnya
c. Bagaimana
cara menilainya? Bagi progam muatan local yang sesuai dengan pokok bahasan
dengan GBPP Depdiknas sudah ada aturannya.
d. Kapan
mulai cara penelaianya? Kapan mulai penilainya? Penilaian baik secara
individual maupun kelompok dilakukan setiap saat.
e. Bagaimana
standarpenilainya? Standard penilaian muatan local tergantung pada jenis bidabg
studinya. Untuk bidang studi pertanian lain dengan peternakan, perikanan,
kerajinan dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar